Thursday, 26 October 2017

MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut (IMA)”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas bidang studi KMB (Keperawatan Medikal Bedah 1) yang diberikan kepada kami oleh Ibu Jamaludin, A.Kep, M.Kes Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan benar dan agar  dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang  membangun untuk perbaikan makalah ini .
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen KMB (Keperawatan Medikal Bedah 1) yaitu Bapak Jamaludin, A.Kep, M.Kes. Selaku guru yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.                                    


Kudus, 19 Oktober 2017



         Penulis







DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

      Infark miokard apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat. Untuk memberikan pelayanan tersebut diperlukan pengetahuan serta keterampilan yang khusus dalam mengkaji, dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan dengan pemberian asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Adapun gambaran distribusi, umur, geografi, jenis kelamin dan faktor resiko IMA sesuai dengan angina pektoris atau Penyakit Jantung Koroner pada umumnya. IMA merupakan penyebab kematian tersering di AS. Di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan unit-unit perawatan penyakit jantung koroner intensif yang semakin tersebar merata. Kemajuan dalam pengobatan IMA di unit perawatan jantung koroner intensif yang semakin tersebar merata. Kemajuan dalam pengobatan IMA di unit perawatan jantung koroner intensif berhasil makin menurunkan angka kematian IMA.




B.    Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Infark Myocard ?

C.    Tujuan

a.      Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI) serta dalam pemberian asuhan keperawatan yang benar supaya penderita AMI tidak mengalami komplikasi yang semakin berat.
b.     Tujuan Khusus
Mengetahui tentang penyakit Akut Miokard Infark (AMI)
Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada penderita AMI dan menentukan Intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal.

 

 

 

 

 

 













BAB II

KONSEP TEORI

A.    Pengertian Infark Miokard

Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo; 1997)

B.    Etiologi

Infark miokard akut disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau sebagian oleh emboli dan atau thrombus.
Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya Infark Miokard akut adalah
Faktor penyebab
1.     Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a.      Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, Spasme, Arteritis
b.     Faktor sirkulasi : Hipotensi, Stenosos aurta, Insufisiensi
c.      Faktor darah : Anemia, Hipoksemia, Polisitemia
2.     Curah jantung yang meningkat :
a.   Aktifitas berlebihan
b.   Emosi
c.   Makan terlalu banyak
d.   Hypertiroidisme
3.     Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a.      Kerusakan miocard
b.     Hypertropimiocard
c.      Hypertensi diastolic
Faktor Predisposisi :
1. Faktor resiko yang dapat diubah
o   Mayor merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan pola makan (diit tinggi lemak dan tingi kalori).
o   Minor stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) daninaktifitas fisik.
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
o   Hereditas/keturunan
o   Usia lebih dari 40 tahun
o   Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering daripada wanita.

C.    Klasifikasi

Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark  :
1.         Akut Miokard Infark Transmural :Mengenai seluruh lapisan otot jantung (dinding ventrikel).
2.         Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial  Infark : Infark otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1.     Akut Miokard Infark Anterior.
2.     Akut Miokard Infark Posterior.
3.     Akut Miokard Infark Inferior.

D.    Patofisiologi

Wijaya & Putri (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 patofisiologinya adalah Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan selular yang ireversibel dan kematian otot atau neokrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanent. Jaringan Yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
lnfark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. lnfark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema pada selsel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulaiproses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia : (1) Daya kontraksi menurun, (2) Gerakan dinding abnormal, (3) Perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4) Pengurangan curah sekuncup, (5) Pengurangan fraksi ejeksi, (6) Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan (7) Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri.
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatik dapat memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata-rata artena akan meningkat. Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan alir balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat akan meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka dipadukan tekanan pengisian diastolik yang lebih tinggi agar curah sekuncup dapat dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan menegangkan serabut miokardium, dan dengan demikian meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai hukum Starling. Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh ginjal. Akibatnya, infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel. Secara ringkas, terdapat serangkaian refleks yang dapat mencegah memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi : (1) Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) Vasokontriksi umum, (3) Retensi natrium dan air, (4) Dilatasi ventrikel, (5) Hipertrofi ventrikel. Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan umum dengan meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen (Price, Silvia. 2006).
Pathway ST Elevasi Miokard Infark Akut Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCb9vLERHX3gO-k9voqTdiQ5eu_-cOBCdDBGbgAeEdtxOjkhO39Ak6Oj4dESLhwThOIyQh89RPpcy0LvhSV-9mnlecdadcUdZJKziNrOkUPRzGuhClC5VkdVT0sk89sZx-fpp069x7jh4/s1600/Untitled.png

E.    Manifestasi Klinis

1.     Lokasi Substernal, rerosternal, dan precordial
2.     Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, seperti ditusuk,rasa diperas, dan dipelintir.
3.     Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri.
4.     Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat.
5.     Factor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
6.     Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas.
7.     Dyspnea
8.     Abnormal Pada pemeriksaan EKG

F.     Komplikasi

1.     Disfungsi otot jantung ( gagal jantung kiri, hipotensi, dan syok )
2.     Defek septum ventrikel
3.     Ruptura miokard
4.     Aneurisma ventrikel kiri
5.     Trombus mural.
6.     Perikarditis
7.     Perluasan infark dan iskemia paska infark, aritmia, ( sinus bradikardi, supraventikuler takiaritmia, aritmia ventikuler, gangguan konduksi )

G.  Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaanya adalah mengembalikan aliran darah coroner untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark miokard, dan mempertahankan fungsi jantung.
      Pada prinsipnya, terapi pada kasus ini ditujukan untuk mengatasi nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemia serta terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak. Oleh karena setiap kasus berbeda derajat keparahan atau riwayat penyakitnay, maka cara terapi terbaik adalah individualisai dan bertahap, dimulai dengan masuk rumah sakit (ICCU) dan istirahat total ( bed rest).
Beberap terapi yang dapat diberikan antara lain :
  1. Vasodilatator
Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitroglycerin, baik secara intra vena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu dapat mengurangi preload, beban kerja jantung dan after load.
  1. Antikoagulan
Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus
  1. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa digunakan adalah streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan (5-14) dan amistropletase
  1. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat dan antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV

H.  Pemeriksaan penunjang

1.     EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan  menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak  mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal. 
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark
Perubahan EKG
Anterior
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
Inferior
Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
Lateral
Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
Posterior
Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
Ventrikel kanan
Perubahan gambaran dinding inferior

2.     Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein  tertentu keluar masuk aliran darah.
a.      LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak  dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
b.     Troponin T &  I merupakan protein merupakan tanda paling  spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard  dan masih tetap tinggi  dalam serum selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.  
            Pemeriksaan Enzim jantung :
a.      CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b.     LDH/HBDH
      Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c.      AST/SGOT
Meningkat  (  kurang  nyata/khusus  )  terjadi  dalam  6-12  jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3.     Oronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.             Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu  memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan  angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan  ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
Description: Laporan Pendahuluan Akut Miokard Infark (AMI)
Laporan Pendahuluan Akut Miokard Infark (AMI)
Pemeriksaan Penunjang Lain Akut Miokard Infark (AMI):
1.     EKG : Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2.     Enzim Jantung.: CPKMB, LDH, AST
3.     Elektrolit : Ketidakseimbangan  dapat  mempengaruhi  konduksi  dan  kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
4.     Sel darah putih : Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
5.     Kecepatan sedimentasi : Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6.     Kimia : Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7.     GDA : Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8.     Kolesterol atau Trigliserida serum : Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9.     Foto dada : Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10.  Ekokardiogram : Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11.  Pemeriksaan pencitraan nuklir
-Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
-Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12.  Pencitraan darah jantung (MUGA) : Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13.  Angiografi Coroner
 Menggambarkan  penyempitan  atau  sumbatan  arteri  koroner.  Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.

I.    Asuhan Keperawatan Akut Miokard Infark (AMI)

1.Pengkajian Primer Akut Miokard Infark (Ami)
a.Airways
-       Sumbatan atau penumpukan secret
-       Wheezing atau krekles
b.     Breathing
-       Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
-       RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
-       Ronchi, krekles
-       Ekspansi dada tidak penuh
-       Penggunaan otot bantu nafas
c.  Circulation
-       Nadi lemah , tidak teratur
-       Takikardi
-       TD meningkat / menurun
-       Edema
-       Gelisah
-       Akral dingin
-       Kulit pucat, sianosis
-       Output urine menurun
2.Pengkajian Sekunder Akut Miokard Infark (Ami)
a.      Aktifitas
-       Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak teratur.
-       Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat / aktifitas
b.     Sirkulasi
-       Gejala : Riwayat MI sebelumnya, penyakit arteri koronaria, GJK, masalah TD, DM.
-       Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.
-       Nadi dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya  dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
-       Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal jantung / penurunan kontraktilitas ventrikel.
-       Murmur, bila ada menunjukkan gagal katub/disfungsi otot papiler
-        Friksi dicurigai perikarditis
-       Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur
-       Edema : distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema umum krekels mungkin ada dengan gagal jantung
-       Warna : pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku datar pada membran mukosa dan bibir.
c.      Integritas Ego
-       Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
-       Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri      
d.     Eliminasi
-       Tanda : normal/bunyi usus menurun.
e.      Makanan / Cairan
-       Gejala : mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu  hati / terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
-       Tanda : muntah, perubahan berat badan.
f.       Higiene
-       Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
g.      Neurosensori
-       Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
-       Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h.      Nyeri / ketidaknyamanan
-       Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
-       Lokasi : tipikal  pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat menyerang ke tangan, rahang wajah.
-       Kualitas : menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
-       Intensitas : biasanya pada skala 1-5
-       Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan  DM,  hipertensi, lansia.
-       Tanda :
-         Wajah meringis
-         Perubahan postur tubuh
-         Menarik diri, kehilangan kontak mata
-       Respon otomatik : perubahan frekuensi / irama jantung,    tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban, kesadaran.
i.       Pernafasan
-       Gejala :
o   Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nokturnal
o   Batuk dengan / tanpa sputum
o   Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
-        Tanda :
o   Peningkatan frekuensi pernafasan
o   Sianosis
o   Bunyi nafas : bersih/krekels
o   Sputum : bersih, merah muda kental
j.       Interaksi social
-       Gejala :
Stres saat ini contoh kerja, keluarga
Kesulitan koping dengan stresor yang ada
-       Tanda : 
Kesulitan istirahat dengan tenang
Menarik diri dari keluarga

J.   Diagnosa Keperawatan Akut Miokard Infark (AMI)

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya: 
1.Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskhemia jaringan sekunder  terhadap sumbatan arteri koroner
2.Penurunan cardiac out put berhubungan dengan Gangguan stroke volume (preload, afterload, kontraktilitas)
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
4.Cemas berhubungan dengan nyeri yang diantisipasi dengan kematian.
5.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan. gangguan mekanisme regulasi
6.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, kecemasan
7.Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi

K.        Rencana  Keperawatan Akut Miokard Infark (AMI)

NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(NOC)
INTERVENSI
(NIC)
1
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 janm nyeriklien berkurang, dengan kriteria :
-       Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
-       Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri
-       Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri
-       Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-       Tanda vital dalam rentang normal

NIC
Pain Management
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
2.Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3.Ginakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
4.Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
5.Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
6.Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
7.Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri
8.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9.Anjurkan klien untuk beristirahat
10.          Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgetic Administration
1.Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
2.Cek riwayat alegi
3.Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgetik pertama kali
4.Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
5.Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)
2
Penurunan cardiac output b/d gangguan stroke volume (preload, afterload, kontraktilitas)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami penurunan cardiac output, dengan kriteria :
-       Tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi, RR)
-       Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
-       Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
-       Tidak ada penurunan kesadaran
NIC
Cardiac Care
1.     Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
2.     Catat adanya disritmia jantung
3.     Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4.     Monitor status kardiovaskuler
5.     Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
6.     Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
7.     Monitor balance cairan
8.     Monitor adanya perubahan tekanan darah
9.     Monitor respon klien terhadap efek pengobatan anti aritmia
10.  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11.  Monitor toleransi aktivitas pasien
12.  Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu
13.  Anjurkan pasien untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1.       Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
2.       Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3.       Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk dan berdiri
4.       Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5.       Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6.       Monitor kualitas dari nadi
7.       Monitor adanya pulsus paradoksus
8.       Monotor adanya pulsus alterans
9.       Monitor jumlah dan irama jantung
10.    Monitor bunyi jantung
11.    Monitor frekuensi dan irama pernafasan
12.    Monitor suara paru
13.    Monitor pola pernafasan abnormal
14.    Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
15.    Monitor sianosis perifer
16.    Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
17.    Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign
3
Intoleransi aktivitas b/d fatigue
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam klien tidak mengalami intoleransi aktivitas, dengan kriteria :
-       Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, Nadi, dan RR
-       Mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
NIC
Energy Management
1.     Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2.     Dorong pasiem untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3.     Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4.     Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
5.     Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6.     Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
7.     Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat pasien
Activity Therapy
1.Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
2.Bantu pasienuntuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3.Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
4.Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5.Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6.Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai
7.Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas
4
Cemas b.d nyeri yang dian-tisipasi dengan kematian.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, klien mampu mengon-trol cemas dengan kriteria :
Activity  Tolerance (0005)
-       Monitor intensitas ce-mas
-       Menyisihkan pendahu-luan cemas
-       Mengurangi rangsangan lingkungan ketika cemas
-       Mencari informasi yang dapat mengurangi kece-masan
-       Membuat strategi ko-ping untuk mengatasi ketegangan
-       Menggunakan strategi koping yang efektif
-       Mmenggunakan tehnik relaksasi untuk mengu-rangi cemas
-       Melaporkan lamanya ti-ap episode
-       Menunjukkan pemeliha-raan peran
-       Memelihara hubungan sosial
-       Memelihara konsentrasi
-       Melaporkan ketidak-adanya tanggapan pan-caindera
-       Tidur yang cukup
-       Tidak adanya manifes-tasi perilaku karena cemas
-       Kontrol / pengawasan respon cemas
1.     Gunakan ketenangan dalam pendekatan
2.     Kaji perilaku klien yang tidak diduga
3.     Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman / situasi
4.     Anjurkan klien melakukan tehnik relaksasi
5.     Orientasikan klien / keluarga terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
6.     Laporkan adanya kegelisahan, me-nolak, menyangkal program medis
7.     Dengarkan klien dengan penuh perhatian
8.     Kuatkan tingkah laku yang tepat
9.     Ciptakan suasana yang memudahkan kepercayaan
10.  Dorong / anjurkan  klien meng-ungkapkan dengan kata-kata mengenai perasaan, menanggapi sesuatu, kekha-watiran
11.  Identifikasi ketika tingkat cemas berubah
12.  Berikan pengalihan perhatian untuk menurunkan ketegangan
13.  Bantu klien memgidentifikasi situasi yang mempercepat cemas
14.  Awasi rangsangan dengan tepat yang diperlukan klien
15.  Berikan bantuan yang tepat pada mekanisme pertahanan
16.  Bantu klien mengungkapkan kejadian yang meningkat
17.  Tentukan klien membuat keputusan   
18.  Kelola obat yang dapat mengurangi cemas dengan tepat
5
Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... X 24 jam klien mengalami kese-imbangan cairan dan elek-trolit, dengan kriteria :
-       Bebas dari edema ana-sarka, efusi
-       Suara paru bersih
-       Tanda vital dalam batas normal
Fluid Manajemen (4120)
1.Monitor status hidrasi 9kelembaban membran mukosa, nadi adekuat)
2.Monitor tnada vital
3.Monitor adanya indikasi overload / retraksi
4.Kaji daerah edema jika ada

Fluid Monitoring (4130)
1.       Monitor intake/output cairan
2.       Monitor serum albumin dan protein total
3.       Monitor RR, HR
4.       Monitor turgor kulit dan adanya kehausan
5.       Monitor warna, kualitas dan BJ urine
6
Pola nafas tidak efektif  b/d hiperventilasi, kecemasan
Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam pola nafas klien menjadi efektif, dengan kriteria :
-       mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-       Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-       Tanda –tanda vital dalam rentang normal
NIC
Airway Management :
1.Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4.Pasang mayo bila perlu
5.Lakukan fisioterapi dada
6.Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8.Lakukan suction pada mayo
9.Berikan bronkodilator bila perlu
10.    berikan pelembab udara
11.  atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12.   Monitor espirasi dan status O2
Respiratory Monitoring                           
1.     Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha espirasi
2.     Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
3.     Monitor suara nafas seperti dengkur
4.     Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5.     Catat lokasi trakea
6.     Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
7.     Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi atau suara tambahan
8.     Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama
9.     Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
7
Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pengetahuan klien bertambah tentang penyakit, dengan kriteria :
-       Pasien dan keluarga menyatakan pemahamannya tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
-       Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-       Pasien dan keluarga menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
NIC
Teaching : disease Process
1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2.Jelaskan patofisiologi dari penyakit, dengan cara yang tepat
3.Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
4.Gambarkan proses penyakit
5.Identivikasi kemungkinan penyebab
6.Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.Hindari harapan kosong
8.Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
9.Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau pengontrolan penyakit
10.  Diskusikan pilihan terapi dan penanganan
11.    Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
12.    Instruksikan pasien mengenali tanda dan gejala untuk melap[orkan pada pemberiperawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
                                                                                                                      




 



BAB IV

PENUTUP


Kesimpulan


Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah pada jantung berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung.  Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
Diagnosis MCI biasanya dapat di diagnostik berdasar pada riwayat penyakit sekarang, EKG, dan serangkaian enzim serum. Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan dengan sendirinya banyaknya kerusakan jatung.










DAFTAR PUSTAKA


1.     Hudak & Gallo. 1995. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC : Jakarta 
2.   Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
3.   Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
4.  Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
5.     Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach.Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
6.     Susan  Martin  Tucker.  Patient  Care  Standarts.  Volume  2.  Jakarta  : EGC ; 1998
7.     Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
8.     Smeltzer,  S.C.  &  Bare,  B.G.  Brunner  and  Suddarth’s  textbook  of medical  –surgical  nursing.  8th Edition.  Alih  bahasa  :  Waluyo,  A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
9.     Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)










No comments:

Post a Comment