MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA MIOMA UTERI
Disusun
guna memenuhi mata kuliah Maternitas
Dosen
Pengampu : Ambarwati,S.Kep.Ners.,M.Si.
Disusun
Oleh :
1. Layyinatussifa (2016.1230)
2. Mega Ayu
Tri W (2016.1237)
3. Novi
Okta D (2016.1245)
4. Siti
Chomariyah (2016.1252)
5. Sulisetyowati (2016.1259)
Kelas : 2B
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
Jl.
Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Kec. Mejobo, Kudus
Telp.
(0291) 4248655, 4248656 Fax. (0291) 4248657
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Mioma Uteri ‘’.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Maternitas,
Program D3 Keperawatan.
Dalam
menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dan
berbagai pihak. OIeh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Dosen pembimbing Ambarwati,S.Kep.Ners.,M.Si.. Penulis
menyatakan bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dan sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah inidapat bermanfaat
bagi semuanya.
Kudus, 23 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor
jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di
sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan
setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh (Guyton, 2002).
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana
prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi
anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri
asimptomatik. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%- 30% dari seluruh
wanita (Baziad, 2003). Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih
banyak.
Di Indonesia mioma uteri
ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur
35-45 tahun . Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau
yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran (Prawirohardjo, 2008).
Mioma uteri ini
menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif belum
didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang
ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat
menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat
menyebabkan kesuburan rendah (Bailliere, 2006). Perdarahan
uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan
paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita
dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur
dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metorrhagia sering terjadi pada
penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia
defesiensi besi (Hadibroto, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep teori pada mioma uteri ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri ?
C. Tujuan
umum :
Mahasiswa
mampu melaksanakan, mengaplikasikan Asuhan keperawatan maternitas dengan
Mioma Uteri
khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep
teori pasien dengan Mioma Uteri
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan
mengerti pengkajian Asuhan keperawatan maternitas dengan Mioma Uteri
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan
mengerti diagnosa Asuhan keperawatan maternitas dengan Mioma Uteri
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan
mengerti mengenai intervensi Asuhan keperawatan maternitas dengan Mioma
Uteri
BAB II
KONSEP TEORI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid.
(Wiknjosastro, 2009, hal. 338)
Mioma uteri adalah tumor benigna yang berhubungan dengan otot polos uterus. (Dutton, 2011, hal. 84)
B. Etiologi
Ø Faktor-faktor
penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat:
1. Teori
Stimulasi
Berpendapat bahwa
estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a. Mioma
uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma
ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma
uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia
endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori
Cellnest atau genitoblas
Terjadinya
mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996:282)
Ø Faktor
Predisposisi
Ada beberapa faktor yang diduga kuat
merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma,
yaitu :
a. Umur
Mioma uteri jarang
terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis
antara 35 – 45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi
pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya
mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor
ras dan genetik
Pada wanita ras
tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.
Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
d. Fungsi
ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara
hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah monopause.
C. Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat
lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3 jenis :
1. Mioma
Submukosa
Mioma submukosa,
menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi
dan luas permukaan endometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat
keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikan
dalam menangani mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko
infeksi sangatlah tinggi.
2. Interstinal
atau intramural
Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat
menyebabkan pembesaran uterus
dan berbenjol-benjol.
3. Subserosa
atau subperitoneal
Mioma subserosa adalah
mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai.
Mioma subserosa juga dapat menjadi
parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya. (Anwar, 2011, hal.
275)
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang
kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang
mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi
mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus
uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus,uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi
masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri
yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak
dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S: 151)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan
tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus. gejala-gejala
tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,submucous) digolongkan
sebagai berikut :
a. Perdarahan
tidak normal.
1. Hipermenorea,
perdarahan banyak saat menstruasi karena meluasnya permukaan endometrium dalam
proses menstruasi atau gangguan kontraksi otot rahim.
2. Perdarahan
berkepanjangan.
Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan
mudah terjadi infeksi.
b. Penekanan
rahim yang membesar.
Penekanan rahim karena pembesaran
mioma uteri dapat terasa berat di abdomen bagian
bawah, sukar miksi atau defekasi, dan terasa nyeri karena tertekannya saraf.
c. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan disertai mioma
uteri menimbulkan proses saling memengaruhi.
Kehamilan dapat mengalami keguguran, persalinan prematur, gangguan saat proses persalinan,
tertutupnya saluran indung telur yang menimbulkan infertilitas, pada kala ketiga terjadi gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan. (Manuaba, 2010,
hal. 87 - 89)
G. Penatalaksanaan
1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah menopause
2. Radioterapi
tindakan
ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
monopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontraindikasi untuk tindakan operatif
3. Pemberian
GnRH agonis selama 6 minggu
4. Pengobatan
Operatif
a. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 –
50%.
b. Histerektomi
adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan
apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
(Wiknjosastro, 2009, hal. 345)
H. Komplikasi
1. Degenerasi
Ganas
Mioma
uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50 – 75% dari semuai sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam monopause.
2. Torsi
(Putaran Tangkai)
Sarang
mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum. (Winkjosastro, 2009, hal. 340)
3. Nekrosis
dan Infeksi Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam
hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
(Prawiroharjo, 1996: 297)
I. Pemerikasaan Penunjang
1. Laporoskopi
: untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
2. USG
abdominal dan transvaginal
3. Biopsi
: untuk mengetahui adanya keganasan
4. Dilatasi
serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.
(Kapita Selekta,
1999)
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1.
Data biografi pasien
2.
Riwayat kesehatan saat ini, meliputi :
keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan,
faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis
medik.
3.
Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi :
penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan
merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
4.
Riwayat kesehatan keluarga
5.
Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang
dialami. Untuk pasien dengan kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian
keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
- Riwayat
kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan,
tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah
bayi dan keadaan anak saat ini
- Pemeriksaan genetalia
- Pemeriksaan payudara
- Riwayat operasi ginekologi
- Pemeriksaan pap smear
- Usia menarche
- Menopause
- Masalah yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi
6.
Kesehatan
lingkungan/higiene
7.
Aspek
psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
8.
Data laboratorium dan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
9.
Terapi
medis yang diberikan
10.
Efek samping dan respon pasien
terhadap terapi
11.
Persepsi klien terhadap penyakitnya
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
- Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
- Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
- Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
7.
Retensi urin b.d penekanan yang keras
pada uretra
C. Rencana Asuhan Keperawatan
DIANGOSA
KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
(NIC)
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi
pembedahan)
|
Setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan selama …..x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat
terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
-
Klien mampu mengenal
faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri,
frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
-
Klien mampu melakukan tindakan
pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi
-
Klien melaporkan gejala-gejala kepada
tim kesehatan
-
Klien
mampu mengontrol nyeri
-
Ekspresi
wajah klien rileks
-
Klien
melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri:
4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
-
Klien melaporkan dapat beristirahan
dengan nyaman
-
Nadi klien dalam batas normal
(80-100x/menit)
-
Tekanan darah klien dalam batas
normal (120/80 mmHG)
-
Frekuensi pernafasan klien dalam
batas normal (12 – 20 x/menit)
|
NIC
1. Manajemen Nyeri
-
Kaji secara komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
-
observasi isyarat-isyarat
verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola
tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
-
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)
-
Gunakan komunikiasi terapeutik
agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-
Kaji
pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
-
Evaluasi
tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-
Berikan dukungan terhadap pasien dan
keluarga
-
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
-
Ajarkan
penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, dan distraksi)
-
Modifikasi
tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
-
Anjurkan
klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
-
Anjurkan klien untuk melaporkan
kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
lain
|
Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau
kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan,
stres
|
NOC: Kontrol Cemas
Setelah
dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan
pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-
Perawat
memonitor tingkat kecemasan pasien
-
Klien
mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
-
Perawat
dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien cemas
-
Klien
mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan
kecemasan
-
Klien
manpu menggunakan strategi koping yang efektif
-
Klien melaporkan kepada perawat
penurunan kecemasan
-
Klien
mampu menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
-
Klien
mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi
-
Klien
melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan
|
NIC
Menurunkan cemas:
-
Tenangkan
pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
-
Jelaskan
seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada
saat melakukan tindakan
-
Berusaha
memahami keadaan pasien (rasa empati)
-
Berikan informasi tentang
diagnosa, prognosis dan tindakan dengan komunikasi yang baik
-
Mendampingi pasien untuk
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
-
Dorong pasien untuk menyampaikan
tentang isi perasaannya
-
Ciptakan
hubungan saling percaya
-
Bantu pasien menjelaskan
keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
-
Bantu
pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan
penuh perhatian
-
Ajarkan
pasien teknik relaksasi
-
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan ibadah dan berdoa
-
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan yang mengurangi kecemasan pasien
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan
kanker) dan faktor psikososial
|
NOC :
Status nutrisi : intake makanan dan minuman
Setelah dilakukan asuhan
keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status nutrisi
meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
-
Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
-
Klien mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
-
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
|
NIC :
1. Manajemen Nutrisi
-
Kaji
adanya alergi makanan
-
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan
pasien
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, protein, karbohidrat, dan vitamin C
-
Berikan
diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
Monitoring
nutrisi
-
Monitor
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-
Berikan
lingkungan yang nyaman dan bersih selama makan
-
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
-
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
-
Kaji
makanan kesukaan
-
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
-
Catat
adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
-
Monitor
variasi makanan yang dikonsumsi pasien
|
Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan
pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi),
dan prosedur invasi
|
NOC
Pengetahuan:Kontrol infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien
selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara
mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-
Mampu
menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
-
Mampu
menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran
-
Mampu
menjelaskan tanda-tanda dan gejala
-
Mampu
menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
|
NIC
Kontrol Infeksi
-
Bersikan lingkungan setelah
digunakan oleh pasien
-
Ganti peralatan pasien setiap selesai
tindakan
-
Batasi
jumlah pengunjung
-
Ajarkan
cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
-
Anjurkan pasien untuk cuci
tangan dengan tepat
-
Gunakan sabun antimikrobial untuk
cuci tangan
-
Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
-
Gunakan
universal precautions
-
Lakukan perawatan aseptic pada
semua jalur IV
-
Lakukan teknik perawatan luka dengan
memperhatikan prinsip septik dan aseptik
-
Anjurkan
istirahat
-
Kolaborasi
pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip pemberian obat 6
benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, dan benar dokumentasi)
-
Ajarkan
pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi dan cara
pencegahan infeksi
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat
pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak
familiar dengan sumber informasi
|
NOC
Pengetahuan
: proses penyakit
Pengetahuan
: prosedur perawatan
Setelah
dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan
pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan prosedur
perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-
Pasien
mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor
penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit,
komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi
-
Pasien
mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat tindakan.
|
NIC
1. Pembelajaran
: proses penyakit
-
Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang penyakit
-
Jelaskan nama penyakit, proses
penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara
meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah
komplikas
-
Berikan
informasi tentang kondisi perkembangan klien
-
Anjurkan
klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas kesehatan
Pembelajaran : prosedur/perawatan
-
Informasikan klien waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
-
Informasikan klien lama waktu
pelaksanaan prosedur/perawatan
-
Kaji pengalaman klien dan tingkat
pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
-
Jelaskan
tujuan prosedur/perawatan
-
Instruksikan
klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan
-
Jelaskan
hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
-
Ajarkan
tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi efek dari prosedur yang
dilakukan
|
Gangguan eliminasi fekal :
Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intetinal
|
NOC
Buang
Air Besar
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama ….x 24 jam, diharapkan
pasien tidak mengalamai gangguan dalam buang air besar, dengan kriteria
hasil:
-
Pasien
kembali ke pola dan normal dari fungsi bowel
-
Terjadi
perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab konstipasi
|
NIC : Manajemen Konstipasi
-
Monitor
tanda dan gejala konstipasi
-
Monitor
warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar
-
Konsultasikan dengan dokter tentang
pemberian laksatif, enema dan pengobatan
-
Berikan
cairan yang adekuat
|
Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra
|
NOC
Inkontinensia urin
Setelah dilakukan asuhan keperawaran selama ...x24 jam,
pasien tidak mengalami inkontinensia urin, dengan kriteria hasil:
-
Pasien mampu memprekdisikan pola
eliminasi urin
-
Pasien mampu memulai dan memghentikan
aliran urin
-
Tidak adanya tanda-tanda infeksi
|
NIC :
Pemasangan kateter
-
Menjelaskan
prosedur dan rasional intervensi kateterisasi
-
Monitor
intake dan output
-
Menjaga
teknik aseptic dalam melakukan kateterisasi
-
Memelihara
drainaseurinari secara tertutup
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak pada dinding
Rahim yang berasal dari sel jaringan fibro, Mioma sendiri memiliki beberapa
jenis yang di bedakan berdasarkan lokasi tumbuhnya yakni mioma submukosa yang
terjadi pada lapisan bawah
endometrium dan menonjol kedalam tepatnya di kavum uteri, mioma intramural
terletak pada myometrium dan dapat menyebabkan pembesaran uterus dan benjolan
dan mioma subserosa mioma ini tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh kearah keluar juga bertangkai.
Penyebab pasti terjadinya mioma sendiri belum
diketahui sampai saat ini hanya saja ada beberapa factor yang menyebutkan
seperti factor predisposisi bahwa umur, genetic, fungsi ovarium dan paritas
menjadi salah satu factor yang mungkin bisa menimbulkan mioma uteri. Tanda dan
gejala pada mioma uteri kadang tidak dirasakan oleh penderita serta tidak sadar
bahwa penderita mengandung satu tumor pada uterus, namun biasanya juga ditandai
dengan adanya perdarahan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan selama kehamilan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada mioma uteri adalah dilakukanya
pengangkatan uterus dan pengambilan sarang mioma.
Pada penderita mioma uteri salah satu diagnosa
keperawatan yang sering dirasakan pasien adalah nyeri berhubungan dengan adanya
injuri agen biologis seperti neoplasma serta cedera fisik seperti dilakukanya
tindakan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu
Kandungan, Ed. 3, Cet. 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2.
Dutton, L.A., Jessica E.D., Meredith B.
2011. Rujukan Cepat Kebidanan.Jakarta: EGC.
3.
Manuaba, I.A.C., Ida Bagus Gde Fajar
Manuaba, Ida Bagus Gde Manuaba. 2010.Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB Untuk Pendidikan Bidan, Ed. 2. Jakarta: EGC.
4.
Manuaba, Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Suryasaputra,
dkk. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
5.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu
Kandungan, Ed. 2, Cet. 7. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Diagnosa
Keperawatan NANDA 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
7. Judith
M. Wilkinson. 2007. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes.
8. Gloria bulchek, howard butcher,dkk. 2016. Nursing interventions Classification,
Ed. 6
9. Sue Moorhead, Marion Jhonson, dkk.2016. Nursing Outcomes Classification, Ed. 5
No comments:
Post a Comment