Sunday, 18 March 2018

makalah askep mioma uteri


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MIOMA UTERI
Disusun guna memenuhi mata kuliah Maternitas
Dosen Pengampu : Ambarwati,S.Kep.Ners.,M.Si.




Disusun Oleh :
1.     Layyinatussifa         (2016.1230)
2.     Mega Ayu Tri W      (2016.1237)
3.     Novi Okta D            (2016.1245)
4.     Siti Chomariyah      (2016.1252)
5.     Sulisetyowati           (2016.1259) 

                                        Kelas  : 2B




AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Kec. Mejobo, Kudus
Telp. (0291) 4248655, 4248656 Fax. (0291) 4248657


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Mioma Uteri ‘’. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Maternitas, Program D3 Keperawatan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dan berbagai pihak. OIeh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen pembimbing Ambarwati,S.Kep.Ners.,M.Si.. Penulis menyatakan bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dan sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah inidapat bermanfaat bagi semuanya.

Kudus, 23 November 2017


Penulis










DAFTAR ISI

 



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

                        Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh (Guyton, 2002). Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%- 30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003). Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
                        Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun . Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran (Prawirohardjo, 2008).
                        Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah (Bailliere, 2006). Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi (Hadibroto, 2005).


B.    Rumusan Masalah


1.     Bagaimana Konsep teori pada mioma uteri ?
2.     Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri ?

C.    Tujuan

umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan, mengaplikasikan Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
khusus
a.      Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori pasien dengan Mioma Uteri
b.     Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti pengkajian Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
c.      Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti diagnosa Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri
d.     Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti mengenai intervensi Asuhan keperawatan maternitas  dengan Mioma Uteri

 

 




 

 



 

BAB II

KONSEP TEORI

       Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid. (Wiknjosastro, 2009, hal. 338)        

      Mioma uteri adalah tumor benigna yang berhubungan dengan otot polos uterus. (Dutton, 2011, hal. 84)

B.    Etiologi

Ø  Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat:
1.     Teori Stimulasi
                        Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a.      Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b.     Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c.      Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d.     Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2.     Teori Cellnest atau genitoblas
                        Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.                                                                                                        (Prawirohardjo, 1996:282)
Ø  Faktor Predisposisi
            Ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi terjadinya             mioma, yaitu :
a.      Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
b.     Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c.      Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d.     Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah monopause.

C.    Jenis Mioma Uteri

     Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3 jenis :
1.     Mioma Submukosa
                        Mioma submukosa, menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol             ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan             endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat             bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus             diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya             torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah tinggi.
2.     Interstinal atau intramural
            Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran             uterus dan berbenjol-benjol.
3.     Subserosa atau subperitoneal
                        Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus             dan dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat             menjadi parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi             pertumbuhannya. (Anwar, 2011, hal. 275)

D.    Patofisiologi

     Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus,uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S: 151)

E.    Pathway



F.     Manifestasi Klinik

     Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus. gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,submucous) digolongkan sebagai berikut :
a.      Perdarahan tidak normal.
1.     Hipermenorea, perdarahan banyak saat menstruasi karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi atau gangguan kontraksi otot rahim.
2.     Perdarahan berkepanjangan.
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
b.     Penekanan rahim yang membesar.
            Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terasa berat di abdomen             bagian bawah, sukar miksi atau defekasi, dan terasa nyeri karena tertekannya saraf.
c.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
            Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling   memengaruhi. Kehamilan dapat mengalami keguguran, persalinan prematur,            gangguan saat proses persalinan, tertutupnya saluran indung telur yang menimbulkan          infertilitas, pada kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.   (Manuaba, 2010, hal. 87 - 89)

G.   Penatalaksanaan

1.     Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah menopause

2.     Radioterapi
tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami monopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif
3.     Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4.     Pengobatan Operatif
a.      Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 – 50%.
b.     Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. (Wiknjosastro, 2009, hal. 345)

H.    Komplikasi

1.     Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50 – 75% dari semuai sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam monopause.
2.     Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. (Winkjosastro, 2009, hal. 340)
3.     Nekrosis dan Infeksi Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder. (Prawiroharjo, 1996: 297)



I.      Pemerikasaan Penunjang

1.     Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
2.     USG abdominal dan transvaginal
3.     Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
4.     Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.
(Kapita Selekta, 1999)

 

 

 

 

 

 

 

 

 











BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkajian Keperawatan

1.     Data biografi pasien
2.     Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
3.     Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
4.     Riwayat kesehatan keluarga
5.     Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
-       Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
-       Pemeriksaan genetalia
-       Pemeriksaan payudara
-       Riwayat operasi ginekologi
-       Pemeriksaan pap smear
-       Usia menarche
-       Menopause
-       Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
6.     Kesehatan lingkungan/higiene
7.     Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
8.     Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
9.     Terapi medis yang diberikan
10.  Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
11.  Persepsi klien terhadap penyakitnya

B.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


  1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
  2. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
  3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
  4. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
  6. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
7.     Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

C.    Rencana Asuhan Keperawatan



DIANGOSA KEPERAWATAN


INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama …..x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
-         Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
-        Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi
-        Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
-        Klien mampu mengontrol nyeri
-        Ekspresi wajah klien rileks
-        Klien melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
-        Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman
-        Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
-        Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)
-        Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (12 – 20 x/menit)
 NIC
1. Manajemen Nyeri
-        Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
-        observasi isyarat-isyarat  verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
-        Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)
-        Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-        Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
-        Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-        Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
-        Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
-        Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
-        Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
-        Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
-        Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain
Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres
NOCKontrol Cemas
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-         Perawat memonitor  tingkat kecemasan pasien
-        Klien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
-        Perawat dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien cemas
-        Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
-        Klien manpu menggunakan strategi koping yang efektif
-        Klien melaporkan kepada perawat penurunan kecemasan
-        Klien mampu menggunakan teknik relaksasi  untuk menurunkan cemas
-        Klien mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi
-        Klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan
NIC
Menurunkan cemas:
-        Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
-        Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
-        Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
-        Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan dengan komunikasi yang baik
-        Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
-        Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
-        Ciptakan hubungan saling percaya
-         Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
-        Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
-        Ajarkan pasien teknik relaksasi
-        Anjurkan pasien untuk  meningkatkan ibadah dan berdoa
-        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang mengurangi kecemasan pasien

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
NOC :
Status nutrisi : intake makanan dan minuman
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-        Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-        Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-        Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-        Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
1. Manajemen Nutrisi
-        Kaji adanya alergi makanan
-        Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
-        Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein, karbohidrat, dan vitamin C
-        Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-        Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
Monitoring nutrisi
-        Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-        Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama makan
-        Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
-        Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
-        Monitor turgor kulit
-        Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
-        Monitor mual dan muntah
-        Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
-        Kaji makanan kesukaan
-        Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
-        Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
-        Monitor variasi makanan yang dikonsumsi pasien
Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi

NOC
Pengetahuan:Kontrol infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-        Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
-        Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran
-        Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
-         Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
NIC
Kontrol Infeksi
-        Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
-        Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
-        Batasi jumlah pengunjung
-        Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
-         Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
-        Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
-        Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien
-        Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
-        Gunakan universal precautions
-         Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
-        Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan prinsip septik dan aseptik
-        Anjurkan istirahat
-        Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi)
-        Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
NOC
Pengetahuan : proses penyakit
Pengetahuan : prosedur perawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan prosedur perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-        Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi
-        Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat tindakan.
NIC
1.      Pembelajaran : proses penyakit
-        Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
-        Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikas
-        Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien
-        Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas kesehatan
Pembelajaran : prosedur/perawatan
-        Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
-        Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
-        Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
-        Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
-        Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan
-        Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
-        Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan
Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intetinal
NOC
Buang Air Besar
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama ….x 24 jam, diharapkan pasien tidak mengalamai gangguan dalam buang air besar, dengan kriteria hasil:
-        Pasien kembali ke pola dan normal dari fungsi bowel
-        Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab konstipasi
NIC : Manajemen Konstipasi
-        Monitor tanda dan gejala konstipasi
-        Monitor warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar
-        Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema dan pengobatan
-        Berikan cairan yang adekuat
Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra
NOC
Inkontinensia urin
Setelah dilakukan asuhan keperawaran selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami inkontinensia urin, dengan kriteria hasil:
-        Pasien mampu memprekdisikan pola eliminasi urin
-        Pasien mampu memulai dan memghentikan aliran urin
-        Tidak adanya tanda-tanda infeksi
NIC : Pemasangan kateter
-        Menjelaskan prosedur dan rasional intervensi kateterisasi
-        Monitor intake dan output
-        Menjaga teknik aseptic dalam melakukan kateterisasi
-        Memelihara drainaseurinari secara tertutup













 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mioma uteri merupakan tumor jinak pada dinding Rahim yang berasal dari sel jaringan fibro, Mioma sendiri memiliki beberapa jenis yang di bedakan berdasarkan lokasi tumbuhnya yakni mioma submukosa yang terjadi pada lapisan bawah endometrium dan menonjol kedalam tepatnya di kavum uteri, mioma intramural terletak pada myometrium dan dapat menyebabkan pembesaran uterus dan benjolan dan mioma subserosa mioma ini tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh kearah keluar juga bertangkai.
Penyebab pasti terjadinya mioma sendiri belum diketahui sampai saat ini hanya saja ada beberapa factor yang menyebutkan seperti factor predisposisi bahwa umur, genetic, fungsi ovarium dan paritas menjadi salah satu factor yang mungkin bisa menimbulkan mioma uteri. Tanda dan gejala pada mioma uteri kadang tidak dirasakan oleh penderita serta tidak sadar bahwa penderita mengandung satu tumor pada uterus, namun biasanya juga ditandai dengan adanya perdarahan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan selama kehamilan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada mioma uteri adalah dilakukanya pengangkatan uterus dan pengambilan sarang mioma.
Pada penderita mioma uteri salah satu diagnosa keperawatan yang sering dirasakan pasien adalah nyeri berhubungan dengan adanya injuri agen biologis seperti neoplasma serta cedera fisik seperti dilakukanya tindakan pembedahan.



DAFTAR PUSTAKA


1.     Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu Kandungan, Ed. 3, Cet. 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2.     Dutton, L.A., Jessica E.D., Meredith B. 2011. Rujukan Cepat Kebidanan.Jakarta: EGC.
3.     Manuaba, I.A.C., Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Bagus Gde     Manuaba. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan, Ed. 2. Jakarta: EGC.
4.     Manuaba, Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Suryasaputra, dkk. 2009. Buku Ajar  Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
5.     Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan, Ed. 2, Cet. 7. Jakarta: PT  Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6.  Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
7.    Judith M. Wilkinson. 2007. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes.
8.   Gloria bulchek, howard butcher,dkk. 2016. Nursing interventions Classification, Ed. 6
9.   Sue Moorhead, Marion Jhonson, dkk.2016. Nursing Outcomes Classification, Ed. 5


No comments:

Post a Comment